-ahsanta-

Foto saya
Indonesia
-Muslimah Peach Insya Allah-
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Senin, 30 November 2009

Hosting Murah - Jasa Pembuatan Website Murah - Hosting Murah | Table - Hosting Murah

Read More......

Kamis, 05 November 2009

Hosting Murah - Jasa Pembuatan Website Murah - Hosting Murah | Table - Hosting Murah

Hosting Murah - Jasa Pembuatan Website Murah - Hosting Murah | Table - Hosting Murah




Read More......

Senin, 26 Mei 2008

Kisah Relawan Cilik : Berdakwah Dengan Cara Menginfakkan Hartanya

Kisah Relawan Cilik : Berdakwah Dengan Cara Menginfakkan Hartanya


Oleh

Ustadz Fariq bin Gasim Anuz



MENDAFTARKAN DIRI MENJADI RELAWAN
Pada pagi yang cerah, di kota Jeddah, sekitar pertengahan bulan Dzulhijjah 1425H, atau akhir Januari 2005M. Saat itu, saya sedang duduk di kantor Jeddah Da'wah Center (JDC) bersama rekan. Tiba-tiba masuklah seorang anak kecil sambil mengucapkan salam, lalu. menyalami kami berdua. Ia datang ke kantor JDC diantar supirnya yang berasal dari Indonesia, sementara ibu dan neneknya menunggu di mobilnya.

Anak ini masuk ke ruang sekretariat sendiri seraya mengatakan : "Saya ingin menjadi relawan di kantor dakwah ini. Ingin berkhidmat untuk kepentingan agama Islam".

Saya dibuat kagum dengannya. Saya sambut dengan baik dan saya katakan : "Kira­kira, di bidang apa Anda bisa membantu kami?"

Dia katakan, "Saya mampu menggunakan komputer dan bisa berbahasa lnggris."

Karena saya tidak bisa berbahasa Inggris; maka saya minta rekan saya untuk berbicara dengannya dengan bahasa Inggris. Setelah terjadi komunikasi antara teman dan anak ini, teman saya pun memberitahu saya : "Bagus sekali anak ini bahasa Inggrisnya".

Saya katakan, "Saya belum bisa memutuskan apakah Anda bisa diterima atau tidak. Insya Allah akan saya sampaikan kepada direktur yang juga seorang relawan. Beliau sendiri bekerja di kantor Telkom Saudi. Tapi saya optimis, kalau orang seperti Anda akan diterima, insya Allah," lalu saya minta nomor teleponnya dan saya berikan juga nomor telepon kantor kepadanya. Lalu saya katakan : "Saya sendiri, insya Altah ada acara dakwah untuk jamaah haji Indonesia yang akan pulang ke tanah air. Anda bisa ikut bantu saya dengan membagikan kaset atau buku di air port haji di madinatu( hujjaj (asrama haji) di Jeddah, bagaimana?"


Anak itu menjawab, "Insya Allah. Saya akan minta izin orang tua dulu."

Sore harinya, orang tua Ahmad (nama anak ini), menelepon ke kantor kami mencari saya dan menanyakan : "Apa betul Anda mengajak anak saya pergi ke air port haji untuk berdakwah?"

Saya katakan, "Betul, kalau dia berminat."

Orang tuanya mengatakan : "Justru kami sangat senang sekali, jika Anda bisa membawa anak saya ke air port haji untuk ikut membantu dakwah Islam. Saya ingin anak saya ini besarnya kelak bermafaat bagi umat Islam, supaya dia ikut bergembira jika umat Islam bergembira; ikut sedih jika umat Islam sedang mendapatkan bencana dan musibah, serta supaya anak saya tidak membedakan orang menurut suku dan kebangsaannya, karena sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara manusia adalah yang paling bertakwa. Hanya saja, karena anak ini masih kecil, kami tidak pernah membiarkan ia pergi sendiri. Meskipun ke sekolah, selalu kami antar dan kami jemput. Jadi bagaimana sekiranya dari pihak keluarga ikut juga ke air port bersama Anda?"

Saya katakan,"Itu lebih baik..

Akhirnya, kami pun berangkat ke air port haji bersama Ahmad dan keluarganya. Dalam perjalanan ke air port, saya tanya kepada anak ini: "Apa yang memotivasi Anda beramal untuk kepentingan Islam?" Dia menjawab, "Ajru ‘Indallaah" Artinya, aku mengharap ganjaran pahala dari sisi Allah.

Kemudian saya tanya lagi : "Apakah Anda hafal dzikir pagi dan sore hari?"

Dia menjawab,"Saya hafal."

"Coba saya mau mendengar," tanya saya lagi.

Lalu dia membaca dzikir pagi dan sore. Banyak sekali yang dia hafal. Sampai kami pulang dari air port.

Pihak kantor pun, setelah diberitahu ada anak kecil yang mendaftar menjadi relawan, menerima dengan senang hati. Dia datang ke kantor tiap hari Jum'at saat sekolah libur.

MUDAH MENERIMA NASIHAT
Yang namanya anak-anak, tentu tidak lepas dari kekeliruan dalam bersikap, dan kita harus memakluminya. Janganlah kita mudah marah kepada anak, karena kita sebagai orang dewasa juga tidak lepas dari kekeliruan. Tinggal bagaimana kita harus memperbaiki kesalahannya dengan cara yang bijaksana.

Suatu hari, pada hari Jum'at, saat kami dan Ahmad berada di kantor, datanglah tamu menemui Ustadz Hamadi al Ashlani, salah seorang pengurus kantor JDC. Tampak perbincangan yang serius di antara mereka berdua. Ahmad yang duduk dekat mereka berdua mendengar mereka berbicara, kemudian ia langsung menyambung dan memotong ucapan mereka. Mungkin dia ingin membuktikan kepada mereka berdua, bahwa ia mengerti topik yang sedang dibicarakan.

Ustadz Hamadi tidak menggubris Ahmad dan tetap berbicara dengan tamunya. Ia tidak marah dan memaklumi, bahwa yang mengganggunya adalah anak-anak. Saya yang berada dekat mereka segera memanggil Ahmad dan mengalihkannya kepada kegiatan lain. Saya minta Ahmad menemani saya ke sebuah toko yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer, untuk memberikan buku kepada orang Indonesia yang bekerja di sana. Sebelumnya dia menawarkan agar saya naik mobilnya dan ia pun segera mencari sopir. Saya berkeberatan, karena belum izin orang tuanya. Dia berpendapat tidak apa-apa. Alhamdulillah, ternyata sopir Ahmad sedang mengikuti pengajian yang dibimbing Ustadz Farid bin Muhammad al Bathathi. Akhirnya kami berdua berjalan kaki di bawah terik matahari, pulang pergi menempuh jarak sekitar 2 kilometer. Dalam perjalanan, saya sempat bertanya kepadanya : "Pada masa yang akan datang, Anda ingin menjadi apa?" Ahmad menjawab dengan mantap, tanpa ragu-ragu : "Ingin menjadi pedagang".

Saya sempat menyesal membawa Ahmad berjalan kaki cukup jauh untuk anak seusia dia di bawah terik matahari. Dalam perjalanan pulang ke kantor, ibunya telepon ke hp Ahmad, yang hanya dipegang jika Ahmad ke luar rumah saja. Setelah selesai, saya katakan akan bicara ke ibunya, lalu saya mohon maaf karena membawa Ahmad jalan kaki. Ibunya mengatakan tidak apa-apa. Ahmad adalah seorang olahragawan dan fisiknya kuat, insya Allah.

Pada hari yang lain, saya sedang dalam perjalanan dengan rekan sekantor. Di antara pembicaraan teman saya ini, bahwa pada hari Jum'at yang lalu -saat itu saya tidak berada di kantor- datanglah tamu dari perusahaan komputer menemui pengurus kantor. Saat pengurus kantor dan tamu sedang berbincang-bincang, Ahmad pun memotong dan ikut melibatkan diri dalam pembicaraan mereka. Ada di antara rekan yang masih muda merasa jengkel kepada Ahmad.

Malamnya, segera saya telepon orang tua Ahmad, dan saya beritahu dua kejadian. Yang satu saya saksikan sendiri, dan yang kedua saya dengar dari teman sekantor, bahwa Ahmad suka memotong dan turut campur dalam pembicaraan orang dewasa. Orang tuanya senang dengan laporan ini, dan berjanji akan menasihati Ahmad. Saya juga mengatakan kepadanya akan menasihati Ahmad, tetapi belum bisa secara langsung.

Sayapun menulis surat kepada Ahmad tentang pentingnya saling memberi nasihat sesama muslim. Di antaranya, saya sebutkan temanmu itu adalah yang bersikap jujur dan tulus kepadamu, bukan yang selalu membenarkanmu. Disamping surat tersebut, saya sertakan pula sebuah hadits dalam Shohih Bukhari yang menunjukkan, bahwa memotong pembicaraan orang lain adalah tidak sesuai dengan adab Islam. Orang tuanya juga menasihati Ahmad. Alhamdulillah, setelah itu, terjadi perubahan yang positif. Ahmad tidak suka memotong pembicaraan orang dewasa. Dia tahu kapan ia harus bicara, dan kapan ia harus diam mendengarkan. Saya sendiri perlu mencontohnya, karena terkadang tanpa terasa suka memotong pembicaraan orang lain.

BERDAKWAH DENGAN CARA MENGINFAKKAN HARTANYA
Pada Jum'at yang lain, pengurus kantor menugaskan Ahmad untuk duduk di ruang istikbal (resepsion) menerima tamu atau pembeli yang datang. Kantor JDC menjual buku-buku dan kaset-kaset dalam berbagai bahasa, seperti : bahasa Indonesia, bahasa Tagalog (Philipina), bahasa Urdu (Pakistan), bahasa Tamil dan Sinhali (Srilangka), bahasa Inggris dan lain-lain. Sebelum mulai melaksanakan tugasnya, ia mengeluarkan dari sakunya uang sebesar 5 real Saudi (sekitar dua belas ribu lima ratus rupiah), lalu ia mengatakan kepada kami": "Ini uang milik saya, saya bawa dari rumah".

Saya menjawab,"Kami percaya, bahwa Anda adatah orang yang jujur."

Setelah itu, saya lihat ia mulai menerima uang dari pembeli sebesar 10 real Saudi, dimasukannya ke dalam sakunya dan dicatatnya uang yang masuk tadi. Sampai datanglah seorang pengunjung asal Pakistan. Ia membeli 2 set buku yang berbahasa Inggris seharga 10 real, dan 3 kaset berbahasa Urdu seharga 9 real. Total semuanya 19 real. Sang pengunjung menyodorkan uang 50 real kepada Ahmad. Karena tidak ada kembalian, Ahmad pun membawa uang tersebut kepada sekretaris kantor di ruang lain untuk menukar uang.

Saya lihat buku berbahasa Inggris yang dibeli tertulis "Untuk Non Muslim", maka saya tanya kepada pengunjung tersebut : "Anda membeli buku bebahasa Inggris ini untuk siapa? Untuk dibaca sendiri atau untuk orang lain?" Saya khawatir ia salah beli.

Dia menjawab,"Saya akan berikan sebagai hadiah untuk teman saya sekantor, ia kafir bukan muslim. Semoga ia mendapatkan hidayah dan masuk Islam!"

Mendengar jawaban tersebut, segera saya bergegas menuju sekretaris kantor. Saya katakan, "Bagaimana pendapatmu, kalau buku yang dibeli oleh tamu kita ini, kita hadiahkan saja, karena buku tersebut akan dihadiahkan kepada teman sekerjanya yang kafir?"

Sekretaris kantor setuju. Ahmad mendengar pembicaraan kami berdua, karena ia sedang menunggu kembalian uang untuk tamunya. Sekretaris kantor mengatakan, jadi total yang ia beli hanya 9 real dan kembalinya 41 real. Tiba-tiba, secara spontan, Ahmad mengeluarkan uang 5 real miliknya dan ia berikan kepada sekretaris sambil berkata: "Saya ikut menyumbang 5 real untuk beli kaset dakwah yang dibeli orang itu. Jadi biar ia membayar cukup 4 real saja".

Mendengar itu, saya menjadi terharu dan saya katakan, biar saya yang membayar 5 real, Ahmad cukup 4 real saja. Dia bilang,"Ustadz saja yang 4 real, saya yang 5 real," kemudian saya paksakan ia menerima kembali 1real. Akhirnya, pengunjung tadi mendapatkan buku-buku dan kaset secara gratis, dikembalikanlah uang 50 real. Dia pulang dengan girang.


MEMBERIKAN CERAMAH DI DEPAN JAMAAH HAJI INDONESIA
Suatu hari, saya pernah menawarkan kepada Ahmad untuk memberikan ceramah di hadapan jamaah haji Indonesia di madinatu( hujjaj di air port lama, Jeddah. Dia pun menyanggupi: Lalu saya beritahukan materinya tentang ukhuwah Istamiyah, dan saya berikan point-pointnya, yaitu tentang pentingnya ukhuwah, sarana-sarana untuk memperkokoh ukhuwah serta perusak-perusak ukhuwah.

Kira-kira dua pekan kemudian ia bertanya : "Bagaimana Ustadz, kalau saya sampaikan materi ini dengan membaca teks. Saya belum pernah berceramah sebelum ini".

Saya katakan, "Tidak apa-apa, walaupun kalau bisa tidak dengan teks itu lebih bagus."

Akhirnya, pada hari yang sudah dijadwalkan, ia dengan diantar kakek dan ibunya berangkat ke madinatul hujjaj untuk berceramah di hadapan jamaah haji Indonesia. Mereka sampai disana sebelum Maghrib. Saya sempat bertanya kepada Ahmad, berapa juz ia hafal al Qur`an. Ia menjawab, 10 juz. Ketika saya sampaikan ke Ahmad, bahwa setelah ia berpidato ada acara tanya jawab. Semula Ahmad berkeberatan dengan mengatakan:"Saya tidak mempunyai wewenang untuk berfatwa". Saya tersenyum dan menjelaskan, bahwa pertanyaannya bukan tentang masalah hukum, tetapi yang sifatnya ta'aruf untuk mengenal tebih dekat lagi.

Saya sampaikan pada pembukaan kepada jamaah haji, bahwa hari ini kita kedatangan tamu; seorang anak kecil. Saya ceritakan, bahwa perkenalan saya dengannya baru satu bulan ketika dia datang ke kantor Jeddah Da'wah Center mendaftarkan diri untuk menjadi relawan di sana. Saya ceritakan tentang perhatiannya terhadap hafalan al Qur`an, doa-doa dan dzikir, kepandaiannya dalam bidang komputer dan bahasa Inggris, serta aktifitasnya yang padat dengan kegiatan olah raga, kursus-kursus komputer dan bahasa Inggris. Setelah itu Ahmad berceramah dalam bahasa Arab dengan membaca teks dan saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Ahmad berpidato dengan suara yang lantang. Ia kemukakan, bahwa ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) lebih kuat dari pada ikatan nasab (keturunan). Kemudian ia pun menceritakan sarana-sarana yang dapat memperkuat ukhuwah Istamiyah, seperti : menyebarkan salam, saling mengunjungi, saling memberi hadiah, bertutur kata dengan baik dan santun. Kemudian, ia juga menjelaskan hal-hal yang dapat merusak ukhuwah, seperti : ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), menyebar luaskan rahasia.

Di antara jamaah haji ada yang bertanya dengan bahasa Inggris. Ahmad menjawab pertanyaan dengan lancar. Jamaah haji itu bertanya, "Mungkin Anda pernah tinggal di Eropa atau Amerika, atau lahir di sana barangkali?" Ahmad menjawab,"Tidak! Saya lahir di Saudi Arabia, dan tidak pernah pergi ke luar negeri." Jamaah haji bertanya,"Sejak kapan Anda belajar bahasa Inggris?" Ahmad menjawab,"Saya belajar bahasa Inggris sejak umur 5 tahun." Ahmad juga sempat ditanya jumlah saudaranya. Dia menyebutkan dua bersaudara, ia dan adiknya, Laila yang masih duduk di kelas 4 SD. Setelah selesai, maka para jamaah haji laki-taki menghampiri Ahmad dan kakeknya dan menyalaminya. Saya lihat ada di antara mereka yang menangis terharu.

AHMAD DAN BENCANA TSUNAMI
Ahmad memiliki hati yang lembut dan perhatian untuk mengetahui keadaan kaum Muslimin di belahan dunia. Ketika terjadi bencana Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004M, ia pun membaca berita ­berita tentang para korban dari koran, karena di rumahnya tidak ada televisi. Ia tidak menghabiskan waktunya untuk membaca berita dan informasi, tapi sekedar tahu secara global. Di antara perbincangan saya dengan Ahmad pada hari Jum'at adalah tentang bencana Tsunami. Dia sangat interes untuk mendengar berita dari saya, dan juga bersemangat menceritakan informasi yang dia dapat.

Tidak lama sesudah bencana Tsunami, seorang ibu yang tidak kami kenal menelpon ke kantor Islamic Center di Jeddah, meminta agar dai yang berasal dari Indonesia memberikan nasihat dalam bentuk kaset untuk kaum Muslimin di Aceh dan Sumatera Utara, agar mereka bersabar, ridha dengan ketentuan Allah, selalu bersangka baik kepada Allah, dan mengambil hikmah dari segala ujian serta cobaan yang berat ini. Alhamdulillah, akhirnya usulan ibu tersebut tertaksana, dan setelah itu, timbul ide baru agar isi nasihat itu dibukukan.

Saat penyusunan buku tersebut yang diberi judul Hikmah Di Balik Musibah, saya mendapat sedikit kesulitan dalam penutisan hadits-hadits Nabi. Saat itu kantor belum punya CD hadits, sedangkan untuk mengetik satu per satu teks hadits bisa membutuhkan waktu yang agak panjang, karena saya belum lancar menulis dengan huruf Arab di komputer. Akhirnya saya ingat Ahmad, dan segera menelepon keluarganya untuk minta izin agar Ahmad menyempatkan waktunya untuk membantu saya mengetik hadits­ hadits Nabi berkenaan dengan musibah. Saya pun memberitahu hadits-hadits yang perlu diketik. Ahmad mengetik hadits-hadits permintaan saya itu di rumahnya, sebab di kantor sendiri pekerjaan yang ia tangani cukup banyak. Dia diberi tugas oleh pengurus kantor untuk mengetik urusan administrasi, sehingga praktis di kantor ia tidak punya waktu untuk mengetik hadits-hadits yang saya minta itu. Karena di rumahnya juga banyak kegiatan seperti belajar, ia juga aktif berolah raga seperti berenang; menunggang kuda dan bela diri, maka Ahmad akhirnya minta bantuan adiknya, Laila, yang masih duduk di kelas 4 SD untuk membantunya. Sang ibu mengawasinya dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Jika ada hal yang keliru atau salah, baru dibenarkan. Sepekan kemudian, ketika ke kantor, ia menyerahkan hasil pekerjaannya dan mengatakan : "Ustadz, saya mengetiknya sekian halaman, dan adik saya sekian halaman".

Ahmad juga ikut menyumbang 100 real (sekitar dua ratus lima puluh ribu rupiah) dari uang tabungannya untuk korban bencana Tsunami yang akan saya sebutkan saat perpisahan.

BERGAUL DENGAN ORANG­-ORANG YANG BAIK
Orang tua Ahmad mengarahkan dan memotivasi anaknya agar menjadi relawan di kantor Islamic Center, di antara tujuannya agar anaknya bergaul dengan orang-orang yang baik dan bisa mencontoh mereka dan terhindar dari pergaulan yang ti.dak baik.

Suatu hari saya telepon orang tuanya. Saya beritahukan ada seorang dai yang usianya 70 tahun dari Jenewa, Swiss datang ke Mekkah untuk umroh dan silaturahmi mengunjungi adik-­adiknya di Mekkah dan Jeddah. Saya katakan, sekarang masih berada di Mekkah dan saya ada janji untuk bertemu dengannya. Saya tawarkan, jika ayah Ahmad ada waktu, kita bisa bertemu di Mekkah. Orang tuanya senang dengan rencana ini, tetapi belum bisa memastikan apakah dapat berangkat atau tidak.

Kemudian, saya juga teringat Ahmad, mungkin ia tidak berminat pergi ke Mekkah untuk menemui orang tua dan mendengarkan nasihatnya. Saya katakan kepada orangtuanya, tolong tanyakan dulu kepada Ahmad, apakah ia minat atau tidak pergi ke Mekkah bersama kami. Orang tuanya mengatakan : "Saya rasa kita tidak perlu menanyakan kepada Ahmad, apakah ia minat atau tidak, karena mengunjungi orang yang shalih adalah suatu kebaikan, dan tugas kami sebagai orang tua adalah menumbuhkan minat anak".

PERPISAHAN
Tibalah saat saya pulang ke Indonesia pada pertengahan bulan Safar 1426H, atau akhir Maret 2005M. Saya izin kepada Ummu Ahmad untuk mengajak Ahmad dan sopirnya al akh Musthafa makan siang di rumah makan.

Mendengar permintaan saya, Ummu Ahmad mengatakan : "Seharusnya kami yang mengundang Anda makan di rumah, karena anda adatah tamu. Tetapi karena suami saya sedang keluar kota, maka Ahmadlah yang akan mentraktir Anda makan di rumah makan". Mulanya saya menolak, karena yang punya ide adalah saya, maka saya yang berhak untuk membayar. Beliau tetap memaksa, maka akhirnya saya mengalah. Sekitar jam empat sore sepulang saya dari masjid, saya dapatkan Ahmad dan Musthafa sudah menunggu di depan kantor tempat saya tinggal di sana selama dua bulan di Jeddah.

Sebelum berangkat ke rumah makan, Ahmad menyerahkan surat dari orang tuanya untuk saya baca, dan saya diminta untuk memberi masukan dan komentar. Surat itu dari orang tua Ahmad untuk pihak sekolah tempat Ahmad belajar.

Sebelumnya, pihak sekolah telah melontarkan surat kepada orang tua Ahmad, meminta izin bahwa dalam liburan musim panas, pihak sekolah akan merencanakan study tour ke Malaysia membawa 20 siswa yang berbakat, salah satu di antaranya adalah Ahmad. Ada dua tujuan pokok, yaitu untuk mengunjungi universitas­ universitas di Malaysia guna mengetahui sistem pendidikannya, dan yang kedua . untuk melihat kemegahan bangunan dan arsitektur di Malaysia.

Orang tua Ahmad tidak setuju dan menulis surat balasan kepada sekolah. Saya baca surat tersebut. Orang tuanya menyebutkan alasan tidak mengizinkan Ahmad, bahwa tujuan tersebut tidak begitu penting, karena anaknya masih duduk di bangku SD, sehingga kurang bermanfaat bagi anak SD untuk mengetahui sistem pendidikan di universitas. Kalaupun dianggap penting, bisa dengan mendatangi pameran­ pameran yang diadakan di Jeddah, misalnya. Begitu pula melihat kemegahan arsitektur dan bangunan tidak begitu penting, malah bisa berdampak negatif, yaitu anak-anak dapat tertipu dengan penampilan lahiriah, bangga dengan bangunan yang megah dan lupa dengan yang lebih pokok, yaitu masalah pentingnya membenahi hati, aqidah, ibadah dan akhlak.

Dalam surat itu disebutkan pula, jika pihak sekolah mempunyai program membawa siswa ke negeri-negeri Islam yang sedang tertimpa bencana, seperti ke Aceh, misalnya, untuk membantu para korban bencana, kami dengan senang hati akan mengizinkan anak kami untuk ikut berangkat. Lebih-lebih lagi kita tahu bersama, bahwa para missionaris Kristen banyak mengirim relawannya pergi ke negeri-negeri Islam yang sedang tertimpa bencana. Mereka melancarkan misinya dengan payung memberikan bantuan kemanusiaan.

Selesai membaca surat tersebut, saya beranggapan bahwa Ahmad tentu kecewa dengan keputusan orang tuanya ini. Segera saya ingin menghiburnya. Saya pancing Ahmad dengan pertanyaan : "Apakah Anda kecewa tidak berangkat ke Malaysia?" Ahmad menjawab dengan mantap : "Saya tidak kecewa". Saya tanya,"Mengapa tidak kecewa? Padahal teman-teman Anda berangkat ke sana." Kemudian Ahmad menjelaskan kepada saya, persis seperti isi surat orang tuanya untuk pihak sekolah.

Tidak terasa hari semakin sore, sedangkan kami belum makan siang. Ahmad mengatakan kepada saya : "Ustadz bisa pilih, ingin makan di rumah makan mana? Tidak mesti yang dekat, yang jauh juga boleh". Saya katakan kepadanya, yang dekat saja di rumah makan at Tazaj. Berangkatlah kami bertiga ke rumah makan yang jaraknya dari kantor kurang lebih 1 kilometer. Setelah kami pesan makanan, saya tanya kepada Ahmad, pilih minum Pepsi Cola, Seven Up atau apa? Dia menjawab,"Saya pilih air putih saja." Musthafa mengatakan, bahwa Ahmad memang sejak kecil tidak minum minuman seperti itu.

Selama kami makan, kami berbicara. Saya lupa apa saja yang kami bicarakan saat itu. Yang saya ingat, saya sempat bertanya kepadanya:"Apakah Anda sudah membaca surat yang saya tulis di Masjidil Haram di Mekkah untuk Anda?" Ahmad menjawab,"Belum, karena semalam saya kecapaian sehingga langsung tidur."

Setetah kami selesai makan, ada di antara pelayan restoran yang berasal dari Philipina memberikan hadiah berupa selebaran berwarna-warni untuk anak-anak, dan diberikannya kepada Ahmad. Semula Ahmad tidak ingin mengambilnya, bisa jadi karena ia merasa bukan anak-anak lagi. Saya segera minta kepadaAhmad untuk menerimanya. Setelah kami sampai di mobil, saya katakan, kita berusaha untuk menjaga perasaan orang lain, jika Anda terima, berarti Anda menggembirakan dia. Dan jika Anda tolak, bisa membuat dia sedih atau kecewa.

Dalam perjalanan ke kantor, Ahmad mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang sebesar 100 real, lalu dia berikan kepada saya seraya berkata : "Ustadz akan pulang ke Indonesia, ini saya titip uang 100 real dari tabungan saya untuk korban bencana alam Tsunami di Aceh." Terharu saya mendengar ucapannya yang tulus keluar dari lubuk hati yang paling dalam. Sebenarnya saya tidak ingin menerima amanat ini. Tetapi karena saya juga tidak ingin mengecewakan Ahmad yang ingin berpartisipasi ikut andil menyumbang, akhirnya amanat tersebut saya terima, dan saya katakan : "Insya Allah saya akan sampaikan amanat ini kepada orang yang berhak menerimanya".

Dia juga menawarkan diri untuk mengantar saya sampai air port. Saya katakan, bahwa saya sudah janji dengan Ustadz Farid al Bathathi, beliau yang akan mengantarkan saya ke air port. "Yang kedua, saya tahu bahwa jadwal Anda sangat padat. Saya tidak mau mengganggu kegiatan Anda".

Tibalah saat perpisahan. Saya tidak tahu, apakah dapat berjumpa kembali dengannya atau tidak. Yang jelas banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari Ahmad dan keluarganya.

Semoga Allah memberikan taufik kepada Ahmad dan anak-­anak kaum Muslimin untuk tetap istiqomah dalam ketaatan, dan memberikan taufik kepada kedua orang tua Ahmad dan semua orang tua Muslimin untuk dapat mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak yang shalih.

Rabbana laatuzikhquluubanaa ba’da idzhadaitanaa wahablanaa milladunkarahmah innaka antalwahhab.

Banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kisah Ahmad. Insya Allah penulis akan membahasnya dalam sebuah buku tersendiri.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun IX/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]

Read More......

Selasa, 20 Mei 2008

--Menikah Tanpa Tapi--




--Menikah Tanpa Tapi--

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.24:32)

Berbicara tentang menikah, sangat sensitif bagi ikhwah fillah yang sedang menunggu belahan hatinya datang. Sementara umur semakin bertambah, keinginan untuk menikahpun sudah semakin tak bisa ditahan lagi. Apalagi belahan hati itu tidak juga kunjung datang menyapa, sudah tentu hati hanya resah gelisah menantinya.

Jodoh memang rahasia Allah swt, tetapi kita tetap dituntut berdo’a dan ikhtiar agar Allah berkenan mendekatkan jodoh kita disaat hati rindu menikah. Memang selalu menjadi bahasan yang menarik berbicara tentang menikah. Alaa kulli hal, kita tetap selalu istiqomah dijalanNya, semoga Allah memberikan kita semua jodoh yang sebaik-baiknya.

Banyak hambatan dan halangan untuk menuju sebuah kebaikan itu, ada aral melintang yang kita harus siap menghadapinya. Jangan sampai kita kalah sebelum berperang, karena takut akan halangan itu kita lantas sama sekali tidak mau mencoba melakukan kabaikan itu. Begitu juga dengan menikah, sebuah kebaikan yang jika kita belum bisa menunaikannya berarti kita belum bisa menunaikan islam ini secara kaffah(menyeluruh), karena banyak amalan-amalan yang tidak bisa kita kerjakan selain dengan menikah terlebih dahulu, seperti memberi nafkah isteri dan anak, mendidik isteri dan anak, memberikan hak isteri dan anak, pahala jima’, menghapus dosa-dosa yang tiada bisa dihapus kecuali dengan peluh keringat mencari nafkah untuk keluarganya, dan masih banyak lagi amalan yang tidak bisa kita kerjakan sebelum kita terlebih dahulu menikah, atau apakah kita mau menjadi hamba yang kehilangan kesempatan berbuat kebaikan?

Hidup ini pun sebenarnya belum hidup yang senyatanya bagi mereka yang belum menikah. The real life adalah hidup dimana setelah kita menikah. Dimana semakin hari beban hidup kita semakin bertambah, semakin hari usaha kita semakin keras karena semakin bertambah amanah yang kita emban, seperti bertambahnya jundi-jundi dari rahim isteri kita, berarti kita juga harus siap menambah nafkah kita untuk keluarga, dan itu berarti kita harus berusaha lebih keras lagi, berjuang lebih keras lagi. Kita sekarang bisa saja makan dimanapun dan kapanpun dengan makanan seadanya, namun ketika kita sudah menikah maka hal ini tidak bisa lagi seperti dulu, bila kita tidak bisa makan dirumah, mungkin sebagian dari kita harus memberi tahu dulu isteri dirumah bahwa malam ini kita tidak bisa makan dirumah, kalau kita tidak memberi tahu barangkali isteri dirumah sudah menyiapkan masakan terenaknya untuk kita, menunggu kita pulang, bahkan sampai larut malam, dan makananpun sudah terlalu dingin hanya karena menunggu kita.

Tetapi sebelum menuju sebuah jenjang pernikahan, kita tentunya sudah mempunyai seseorang yang akan menikah dengan kita, katakan itu calon jodoh kita, kan kalau belum sampai jenjang pernikahan seseorang itu belum bisa dikatakan jodoh kita, jodoh kita ya seseorang yang secara syar’i sah menjadi isteri atau suami kita, bukan begitu? Sebelum mendapatkan seorang yang siap menjadi pasangan hidup kita tentunya kita harus melalu proses perkenalan atau ta’aruf.

Berbicara masalah ta’aruf, bagaimana sebenarnya proses ta’aruf itu? Bagaimana perkenalan yang sesuai syari’at dan yang menyalahi syari’at? Perkenalan itu haruslah tidak melanggar apa yang dilarang oleh Allah swt. Tidak mengundang murkaNya, sebagaimana kita semua tahu tidak ada pacaran sebelum menikah, lantas ada seorang teman yang mempunyai sebuah pertanyaan nyeleneh, ‘bagaimana kalau tidak pacaran tapi punya pacar?’ pertanyaan ini sudah terjawab oleh al Qur’anul Kariim, wa laa takhrobuz zina, janganlah mendekati zina…

Meninjau sejenak tentang pacaran, banyak keluarga di negara barat yang kandas ditengah jalan karena mereka merasa sudah tidak bisa lagi mempertahankan rumah tangga itu, sudah tidak sama-sama cocok lagi, padahal mereka dulu sebelum menikah sudah ada yang sangat lama pacaran, bahkan sampai bertahun-tahun, yang katanya sudah sama-sama saling mengenal, sudah sama-sama sangat cocok, tetapi apa kenyataannya? Sungguh pacaran tidak menjamin bisa menjadi media saling mengenal yang baik, sehingga merasa rumah tangga yang akan dibangun nantinya akan berdiri kokoh.

Selain itu dengan pacaran setelah sekian lama dan telah berkorban hati, tenaga, dan juga fisik, belum menjamin dua hati itu nantinya akan lanjut ke jenjang pernikahan, ada yang hanya untuk senang-senang, meluapkan hawa nafsu setelah puas kemudian ditinggal begitu saja. Tentunya sangat merugikan pihak wanita dalam hal ini, bagaimana nantinya dengan laki-laki yang akan menjadi suaminya kelak? Dia kebagian apa dari diri wanita itu? Sudah tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya, ‘afwan-‘afwan, kesucian tangannya telah dinodai laki-laki lain yang menjadi pacarnya dulu, bibirnya sudah tidak lagi virgin, pipinya, dan bahkan ada yang sampai ‘itu’ nya sudah tidak virgin lagi, sudah diserahkan pada pacarnya yang telah lalu, lalu untuk seorang laki-laki yang akan menjadi suami kita kelak disisakan apa? Dan masih banyak lagi dampak buruk dari pacaran.

Yaa ayyuhal ikhwah, marilah kita perteguh lagi iman ini, kita perkuat lagi ketakwaan ini, kita istiqomah dijalanNya, kita bersabar sampai tiba saatnya kita merasakan kemanisan cinta dari belahan hati kita nantinya, cinta yang begitu ranum, dan halal untuk kita. Islam yang mulia ini telah mengatur bagaimana kita mengenal seseorang untuk menjadi pasangan hidup kita, ta’aruf yang banar-benar sesuai dengan syari’at yang mulia ini. Hendaknya orang yang menyampaikan berita itu seorang yang hadatsani tsiqqoh (yang menyampaikan orang yang dipercaya). Lalu apakah hanya sekedar smsan dengan yang bukan mahramnya juga tidak boleh? Coba tanyakan pada diri kalian, jika isteri kalian asyik smsan dengan laki-laki lain, apa kalian tidak cemburu atau bahkan sangat marah? Sungguh Allah lebih cemburu dari kita yaa ikhwah, Allah sangat cemburu jika ada hambaNya yang melebihi dalam bergaul antara sesama laki-laki dan perempuan.

Sebuah matan hadits, jika datang seorang yang kalian ridha agama dan akhlaknya maka nikahkanlah maka jika tidak akan terjadi kerusakan dimuka bumi (al hadits, shahih). Kemudian apa ukuran baik agamanya itu? Apa shalat 5 waktu ke masjid? Sebagian ada yang merasa cukup dengan hal ini, sebagian lagi ada yang ingin lebih, misal dia harus terbiasa ikut kajian, dan ada yang mencukupkan pada hal ini, tapi ada juga yang ingin lebih dari itu, misal dia minimal hafal 15 juz al Qur’an, ada lagi yang merasa kurang, dia harus hafal minimal 100 hadits, ada lagi yang ingin lebih dari itu, dia harus bisa berbahasa arab dengan baik.

Dan semua itu tidak salah, tergantung kita apakah kita ridha dengan agamanya atau itu masih belum cukup bagi kita. Dan sungguh yaa ikhwah, jangan pernah membohongi kata hatimu sendiri, dimana pertama kita sudah sangat ridha dengan agamanya, tapi setelah kita melihat wajahnya tidak sesuai dengan apa yang kita harap, kekayaannya tidak seberapa, apalagi dia dari keturunan yang biasa saja, kemudian kita urung menerimanya, ingatlah hadits Rasulullaah saw, menikah karena agamanya (lidiiniha), maka sungguh kalian akan bahagia, sedangkan karena kecantikannya (lijamaliha), karena hartanya (limaaliha), karena keturunannya (linasabiha), semua itu hanya bersifat duniawi dan sementara. Dan sesungguhnya kesenangan akhirat itu lebih kekal dari pada kesenangan duniawi yang sementara ini.

Lalu apa kerusakan di dunia itu? Wanita yang berumur 20 tahunan biasanya mempunyai standar akan lelaki yang mau menjadi suaminya kelak dengan ‘siapa dia?’, mereka merasa dirinya lebih dari seseorang lelaki yang mengajaknya menikah itu, dia tidak selevel dengan kita, serba banyak kriteria, beberapa pinangan ia tolak karena ia merasa itu tidak pantas untuknya, wanita terewel lah usia segini, sampai-sampai usianya bertambah dan bertambah hingga usia 23an tahun, standar nya pun kini menurun, ‘siapa saya?’, sekarang dia merasa tidak pantas dengan pinangan laki-laki yang datang, sampai berkali-kali karena tidak merasa pantas ia kehilangan harapan, sampai umurnya menjadi 26an tahun, sekarang standar nya pun semakin turun, ‘siapa saja’. Siapa saja yang meminangnya tak masalah, yang penting bisa menikah, belum tentu laki-laki yang akan menjadi suaminya sekarang lebih baik dari yang pernah meminangnya dahulu, tetapi apa mau dikata? Kesempatan itu sudah tiada lagi,sedangkan jika mau menolak lagi, belum tahu ajakan untuk menikah itu kapan lagi akan datang sementara umurnya sudah semakin bertambah, bahkan ada yang sudah berkepala 3 atau mungkin berkepala 4 belum kunjung menikah.

Hendaknya kita juga jangan lupa akan persiapan-persiapan sebelum menikah, seperti siap mental, siap ruhiyah kita, siap menerima amanah, siap ekonomi. Dari pengalaman melihat keluarga seorang teman kuliah yang sudah menikah, mulai dari mainan yang berserakan dilantai, rengekan yang membisingkan telinga, ruangan yang hampir atau bahkan sangat berantakan, anak kecil yang buang air kecil dimana-mana, lalu ia menjadi takut untuk menikah. Yaa ikhwah, jangan takut, semua itu besar pahalanya bagi kita, tengoklah keluarga-keluarga muslim yang telah berhasil membina rumah tangga meski usia mereka masih muda, beban hidup mereka sangat banyak, tetapi mereka mampu membangun segalanya secara bersamaan, seorang aktivis dahwak ia masih kuliah tetapi ia juga telah menikah, hingga ia berhasil wisuda dengan hasil yang memuaskan dan juga ia berhasil mempunyai sebuah keluarga, itu baru luar biasa, berbeda dengan mereka yang bisa kuliah kemudian lulus dengan hasil cumlaude, dan hanya ini yang ia bisa bangun, itu hal yang biasa, karena ia tidak memiliki beban hidup yang lain.

Bahkan ada seorang mahasiswi UGM, seorang aktivis, seorang murabbi, menikah dengan seorang ikhwan satu universitas, karena tidak siap mengemban amanah, takut menerima amanah, sampai ia berani berlaku nuzyuz pada suaminya, 2 tahun ia tidak bersedia berhubungan badan dengan suaminya, astaghfirullaahal’adziim, sampai seperti itunya, sungguh kasihan kan dengan yang ikhwan itu? Ada yang merasa memiliki 2 orang anak sudah cukup, tapi sungguh lebih baik lagi jika mempunyai 3 orang anak, lebih baik lagi mempunyai 4 orang anak, lebih memuaskan mempunyai 5 orang anak, sangat memuaskan mempunyai 6 orang anak, istimewa mempunyai 7 orang anak, mumtaz mempunyai 8 orang anak, dan seterusnya, hehe, wah penulisnya ingin punya banyak anak ni, aaamiin, alhamdulillah.

Itulah salah satu contoh kenapa the real life itu setelah seseorang menikah, disaat dia dikaruniai seorang anak, dia masih belum begitu berat bebannya, begitu dikaruniai 2 atau 3 atau bahkan 4 orang anak, maka ia semakin berat beban amanahnya, dengan begitu ia akan semakin gigih mencari nafkah, semakin kerja keras menghidup keluarganya dengan peluh keringatnya, inilah yang sebenar-benarnya hidup. Ia mampu melaksana islam secara kaffah, dengan mendidik anak dan isteri, mencari nafkah, dll.

Jika di antaka kalian mampu untuk menikah maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu lebih menjaga pandangan dan kemaluan. Pengertian mampu (al ba’ah), dalam kalimat tersebut, ada beberapa pandangan dari ulama. Ada yang mengatakan mampu disini adalah mampu dalam hal berhubungan suami isteri, ada juga ulama yang mengartikan mampu dalam artian mampu dalam hal biaya, tetapi pendapat yang paling kuat kata mampu disini adalah mampu dalam hal memberi nafkah, siap bekerja keras. Lalu apakah lantas kita harus mempunyai pekerjaan tetap? Bukan begitu yaa ikhwah. Sebagian dari kita mengartikan pekerjaan tetap adalah bekerja dengan patokan waktu, dari jam sekian sampai sekian, dikantor, ada juga yang harus memakai seragam kerja, bersepatu, dengan penghasilan tetap setiap bulannya. Banyak diantara saudara kita yang mencari nafkah dengan memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang halal yang ada untuk mengais rejeki. Dan alhamdulillah, keluarga mereka jarang kekurangan, kelaparan, sungguh janji Allah itu pasti, barangsiapa yang menikah karena ingin menjaga kehormatan dan kemaluannya dan hanya ingin mengharapkan ridha Allah swt, maka yakinlah Allah akan menjadi penolong kita. Asalkan kita tidak malas-malasan, berpangku tangan, melainkan kita bekerja keras, selalu mencari rejeki yang halal untuk keluarga kita, pastilah Allah akan mencukupi kebutuhan hidup kita.

Kita disunnahkan untuk menyegerakan pernikahan, bukan tergesa-gesa ataupun terburu-buru, seperti contoh, seorang ikhwan sehabis mengikuti kajian tentang menikah dini, langsung ia minta tolong pada ustadz yang mengisi, ‘tadz, ana mau menikah, tolong carikan jodoh untuk ana’, wah..ini namanya tergesa-gesa, kurang perhitungan, dan bukan yang dimaksud dalam menyegerakan pernikahan itu. Tentunya kita harus memperhitungkan segalanya, mulai dari kesiapan mental, ruhiyah, menerima amanah, ekonomi, semua ini diperhitungan, tetapi bukan berarti jika semua itu belum siap menurut pandangan kita lantas kita selalu menunda-nunda pernikahan, menunda-nunda untuk melakukan sebuah kebaikan.

Pertimbangan lain tentang sekufu’, ada yang menganggap sekufu’ itu harus selevel pendidikannya, harus sama nasabnya, harus sederajat kedudukannya, kekayaannya, dan sungguh ini hanya akan mempersulit diri kalian sendiri untuk menikah. Pendapat yang paling kuat dari para ulama salafush shalih adalah sekufu’ dalam hal diinnya, agamanya. Dia haruslah sama akidahnya, sama-sama mengimani Allah dan Rasul saw. Sama-sama berakhlak baik, beriman dan bertakwa pada Allah swt.

Kemudian ada yang bertanya, bagaimana kalau berbeda manhaj? Kita tahu kalau manhaj adalah hal yang prinsip, tentunya kita harus lebih memikirkan bagaimana kalau calon yang datang kepada kita berbeda manhaj? Pertama yang harus kita tekankan adalah, sejauh calon itu berpegang pada al Qur’an dan as Sunnah dan memahaminya dengan pemahaman para salafush shalih, dan tidak membahayakan agama kita, maka tidak ada alasan ini menjadikan sebab kita menolaknya. Tapi bila itu sudah tidak sepaham lagi dalam memahami al Qur’an dan as Sunnah, kita yang ingin menghidupkan sunnah dalam rumah kita tetapi ia lebih suka menghidupkan bid’ah maka ini bisa menjadi alasan syar’i kita tidak menerimanya, karena tentu saja ini membahayakan agama kita.

Akhirnya, dengan menikah kita akan bisa melaksanakan diin ini secara kaffah, sebagaimana dalam firmanNya,

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS.2:208)

Kaffah (menyeluruh), tiada lain dengan menikah, kitapun tahu tahu bahwa hidup ini belum lengkap kalau kita belum menikah. Dimulai saat kita menikah maka akan banyak perubahan dalam hidup kita, mulai dari tanggung jawab pada diri sendiri, keluarga, orang tua, mertua, keluarga orang tua, keluarga mertua, itu tanggung jawab seorang pemimpin rumah tangga. Setelah menikah maka isteri menjadi tanggung jawab kita, dan bakti isteri pada orang tuanya menjadi tanggung jawab kita karena isteri sekarang taatnya pada seorang suami, bukan pada orang tua mereka lagi, maka sebagai seorang suami haruslah menjaga hubungan baik antara orang tua dan anaknya dan kerabat-kerabatnya.

Yaa ikhwah, sesuatu yang agung pastilah banyak kendala, halangan, aral melintang untuk menuju kesana, jangan jadikan ini sebagai pelemahmu untuk menuju kebaikan itu, tetapi jadikanlah ini sebagai cambuk hati untuk melecutkan semangat kita menunaikan kebaikan itu.

Lalu bagaimana usaha kita untuk membantu saudara-saudara kita yang mau menikah? Sebuah pertanyaan bagus, teman-teman di kajian ahad pagi masjid kampus UGM, berniat membuat lembaga yang mengurusi masalah ikhwan dan akhwat yang mau menikah, mulai dari mencarikan calon, menyediakan media perkenalan, bahkan menyediakan tempat untuk menikah lengkap dengan hidangannya. Ada usulan bagaimana kalau lembaga itu dinamakan Lajnah Sakinah? Sebuah usulan yang bagus. Menyusul ada seorang ikhwan yang sehabis kajian ahad pagi, begitu melihat seorang akhwat ditempat parkir masjid kampus UGM, meminta tolong pada panitia kajian ahad padi MasKam UGM, ‘akh, tolong ana dicarikan informasi jama’ah akhwat kajian ahad pagi yang motornya jenis X bernomor AB XXXX XX.’ Gleg, semangat banget ni ikhwan, sampai sebegitunya. Lha mau gimana lagi? Apa harus mengikuti kemana akhwat itu pulang, langsung meminang ke rumahnya? Wah..keberanian kalau ini, hehe…ya namanya usaha.

Pesan penulis, tiada lagi alasan bagi kita mau menikah tapi masih kuliah, mau menikah tapi belum punya pekerjaan tetap, mau menikah tapi takut punya anak, mau menikah takut masalah-masalah rumah tangga, mau menikah tapi belum mendapat ijin orang tua, mau menikah tapi belum ada biaya, mau menikah tapi..dan tapi…dan tapi…lalu…tapi kapan mau menikah? Menikah Tanpa Tapi menjadikan kita mukmin sejati, percaya deh ma pertolongan Allah, siapa lagi yang lebih menepatinya janjinya selain Allah?

Ayo…yang sudah punya calon jodoh segerakan menikah, jangan tapi-tapi terus, yang belum punya calon jodoh ayo usaha minta dicarikan, jangan pasrah saja. Jodoh tidak datang begitu saja,tapi menuntut usaha kita. Sungguh ridha Allah lebih dari segalanya daripada yang lainnya. Jangan kita menodai kesucian hati dengan wanita atau laki-laki yang notabene akan menikah dengan kita kelak, asyik berkomunikasi dengannya, ngobrol, diskusi bareng, malu dong kita memberikan cinta pada orang yang belum berhak. Ada seseorang kelak yang berhak menerima cinta kita, entah dibelahan bumi mana ia berada kita tidak tahu, tapi percayalah Allah telah menyediakan jodoh yang sesuai dengan kita. Jika baik kita baik dimata Allah, dekat denganNya, menjaga perintahNya dan menjauhi laranganNya, pastilah jodoh yang diberikanNya kelak juga baik dimata Allah, tetapi jangan harap Allah akan memberikan kita jodoh yang baik jika kita telah membuatNya marah, murka, menjauh dariNya dengan menodai kesucian hati, dengan berpacaran, melanggar apa yang dilarangNya, asyik ber sms an dengan yang bukan mahramnya, asyik ber YM dengan yang bukan mahramnya, dan yang sejenisnya, pastilah Allah murka dengan sikap kita.

Semoga ini menjadi amal baik penulis, sebagai bukti bahwa penulis telah menyeru pada kebaikan, semoga pahala ditetapkan atas penulis dan orang-orang yang mengambil kebaikan dengannya. Allaahumma aaamiin…

Setiap kebenaran dari goresan tangan penulis semata-mata dari Allah swt, dan apabila ada salahnya itu semata-mata dari kejahilan diri pribadi penulis.

Dan satu lagi, jangan pernah lupa mengingat Allah, dalam setiap keadaan dan tempat,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.3:191)

Salam, Azzam Akhukum Fillah.


Read More......

Kamis, 15 Mei 2008

Umar Bin Khatab Al faruq

PASTILAH MEREKA AKAN DILAPANGAKAN DENGAN KEBAIKAN
oleh : Khalid Muh. Khalid

Ketika itu kotam Mekah sedanag melepas para tamu yang datanag kesana dari berbagai penjuu jazirah Ara. Setelah mereka menyaksikan pesta pora di pasar raya ‘Ukadh, diamana para kabilah (suku-suku) dengan bangga menampilkan penyair-penyair mereka yang ulung, dan dimana arena-arena petarungan disemarakan angkatan muda Quraisy yang gagah perkasa, yanag menampilkan kebolehan meraka dalam tekhnik bergulat.
Dilepasnya para tamu yang akana kembali ke negri dan tempat pengembalaan meraka. Namun sebagian kecil dari mereka tidak mau kembali ketmpat asalanya karena mereka lebih menyukai untuk tinggal disana.
Diatas gelombang yang tak hendak pulang itu, terdapatlag seorang laki-laki yang sudah tua, berjalan lambat menujukan langkahnya ke Darun-nadwah (Balairung) untuk bercengkrama dengan teman-temannya, membicarakan masa tua mereka dan mebuka lembara-lembaran nostalgia di masa muda…
Ketika ia sedang berjalan, tiba-toba di tengah jalania berjumpa dengan seorang pemuda Badwi yang belum lama tinggal di Mekah, yang bekerja sebagai penggembala pada salah seorang pembesar Quraisy.
Tatkala pemuda itu melihat orang tua yang berda di depannya, maka dari kedua bibiranya mengalir kalimat-kalimat yang diucapkanya dengan cepat, yang dibangkitakan oleh rasa pembelaanya :
“Sudah tahukah anda wahai saudara sebangsa, tentang sesuatu berita besar?”
“Berita apa itu wahai nak…?” Tanya orang tua itu.
“Itu…, si laki-laki yang sukar-sukar gampang!”
“Yang ikut bertanding gulat di pecan ‘Ukadh…?” Tanya orang tua itu.
“Benar…, memang itu…!”
“Ada apa dengan dia, hai nak…?”
“Ia telah masuk Islam dan ikut dengan Muhammad!”

Orang tua itu amat terperanjat..., dan setelah ia sadarkan diri dari kekagertanya, wajahnyapun di selimuti oleh hikamah yang di perolehnya dari pengalaman selama bertahun-tahun. Katanya : "Sugguh, pastilah kaum mulimin akan dilapangkan dengan kebaikan..., atau sebaliknya akan dilapngkan dengan keburukan...!"
Orang yang dikatakan sukar-sukar gampang, yang ikut bertanding gulat di pekan raya 'Uladh..., tak lain adalah Umar.
semenjak hari itu si sukar-sukar gampang ...Umar bin Khatab bin Nufeil bin Abdil 'Uzza, salah seorang warga Bani Adi, yang biasa bertarung melawan juara-juara gulat yang kuat perkasa di pasar 'Ukadh, sekarang tidak bertarung lagi di pasar 'Ukadh...Ia telah menjadi Umar al-Faruq (Pemisah antara Haq dan Bathil), yang di awal siang..., Ia menghancurkan yang di jazirah Arab, serta akhir siang...., menghancurkannya di seluruh dunia.
Ia akan tampil menjadi seorang laki-laki yang memenuhi bumi dengan keadilan, keamanan, rahmat dan petunjuk...Ia akan menjadi mahaguru yang di tanganya kecerdasan manusia mencapai tingkat sewajarnya.
Memang....Ia akan menjadi seorang manusia yang di pergunakan Allah untuk mengangkat derajat kemanusiaan dan harkat kehidupan...

"Pastilah mereka akan di lapangkan dengan kebaikan-kebaikanya...atau kalau tidak, akan di lapangkan pada keburukan..!"

Umar adalah seorang laki-laki bertubuh kekar, berotot kemerah-merahan. Kedua kaki dan telapak tanganya kasar dengan bahu yang bidang serta perawakan yang tinggi besar. Karena Tingginya bila berjalan bersama sahabat-sahabatnya, pastilah kepalanya akan tersembul di antara kepala-kepala yang lainnya....
Ia seorang laki-laki yang dilukisankan sebagai :
Jika ia berbicara, orang akan terpaksa mendengarkannya,
Jika ia berjalan maka langkahnya cepat bagai dikejar orang
dan jika ia berkelahi maka pukulanya adalah pkulan maut yang mematikan!
Selama hidupnya, ia tak pernah merasa takut kepada siapapun. Hatinya yang keras laksana batu tak pernah gemetar disebabkan takut dan cemas....
Umar mewarisi tabiat bapaknya dalam hal ketegasan yang tak kenal menyerah, kepastian yang tak terkoyahkan, dan kebulatan tekad yang tak di pengaruhi oleh keadaan ruang dan waktu...
Dengan gambaran-gambaran tersebut ...., tidaklah sulit untuk mengetahui hakikat darinya, begitupun membaca isi hatinya serta menaganalisa kesudahan yang akan dihadapinya ; kalau tidak ekstrim kanan, maka ekstrim kiri, amat jauh sekali memilki kepribadian rangkap, setengah-setangah atau majemuk...
Pendirianya takkan tergoyahkan, dan tak dapat dirangkul oleh berbagai keinginan yang beraneka...Ia akan senatiasa tegak dengan kukuhnya dalam kepribadian yang satu ini dan bulat padu.
Di manapun Ia berada, maka disana akan dijumpai seluruh kepribadiannya. Semua kehendak dan semua pola pemikiranya ...Dirinya tak pernah terpecah-pecah dan tak peranah menaruh sebelah kakinya di sebuah tempat, kemudian kakinya yang lain berada di tempat yang berbeda ....
Ia adalah seorang laki-laki yang utuh dan menyeluruh....seluruh bagian anggota tubuhnya bergerak secara cermat dan rapi. melebihkan kecermatan dan kerapian tentara yang telah terlatih. Tak satu bagian pun anggotanya tertinggal di belakang. untuk berlalai-lalai atau mendurhaka...!
Watak dan tabiat seperti ini merupakan watak dan tabiat yang langka dan jarang ditemukan dan hanya beberapa genlintir saja diantara sejumlah besar manusia yang memilikinya.
Rasulullah Saw. sangat menyadari keistimewaan tabiat insani yang dikaruniakan Allah Swt. kepada tokoh ini (Umar). Rasulullah Saw mengetahui keaslian dan kemampuan yang terpenadam padanya..., sebagaimana ia pun memaklumi kedudukan dan pengaruh besar yang sedang di nikmati oleh 'Amr bin Hisyam (Abu Jahal) ...Oleh karena itulah ia memohon kepada Allah swt. agar Ia sudi menolong dua عمر yaitu : Umar bin Khattab atau 'Amr bin Hisyam...
Imam Tirmidzi, Imam Thabrani dan Hakim telah meriwayatkan dengan riwayat yang sama bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam telah berdo’a,” Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.

Beruntunglah Islam di masa-masa kebangkitannya memiliki orang yang lebih disukai Allah (masuk Islamnya), yakni Umar bin Khattab ..., seorang yang memiliki fitrah yang lurus dan senatisa menaruh seluruh jiwa raganya pada neraca tauhid ..., sementara 'Amr bin Hisyam menaruhnya pada neraca syirik.
Tatkala Umar meletakan seluruh bobotnya pada salah satu daun neraca, maka nasib timbangan itu sudah dapat di pastikan ..., begitupun tatkala Ibnul Khattab mengucapkan : "La illaha illallah, Muhammad Rasulullah".
Maka masa depan islam pun jadi semakin jelas, tak obah bagai jelasnya cahaya fajar yang menandakan akan datangnya hari. berkata Abdulllah bin mas'ud :
"Semenjak Umar masuk Islam, kami merasa kuat. Islamnya merupakan kemenagan, hijrahnya merupakan pertolongan dan khilafanya merupakan rahmat...Telah saya alami sendiri, bahwa kami tak dapat melakuakan shalat di Baitullah, sampai Umar masuk Islam...!"

Dasar yang kukuh dari kepribadianya tampak meninjol, sebagimana pula jika terjadi pada yang sebaliknya; yakni jika ia bersifat negatif pastilah ia bersifat kasar dan keras kepala....
Dimasa jahiliyah, tantangan dan perlawananya terhadap islam seorang diri mengimbangi kejahatan orang-orang Quraisy keseluruhannya...setiap harapan akan berpalingnya Umar dari pendirian jahatnya. Salah seorang Muslimin waktu itu mengambarkan keputusanya terhadap kemungkinan masuk Islamnya Umar dengan kata-kata : " Umar tak mungkin masuk Islam bila keledainya telah masuk Islam terlebih dahulu...!"
sebaliknya dimasa islam, tantangan dan perjuangan menentang kberhalaan seorang diri, dapat menyaingi seluruh pejuang islam. Ketegasan pendirianya yang adil dan tamsil menjadi perbandingan. Ia lah satu-satunya sa orang di antara sahabat yang sering berdiskusi dengan Rasulullah dengan memajukan saran kepada beliau. Tidak jarang usulnya di terima oleh Rasulullah saw.., begitu pun pendapatnya tidak jarang dijadikanya sunnahnya.
Sikapnya terhadap yang memusuhi Islam sangatkera, hingga menjadi sikap yang luar biasa yang tak dapat di tandingi oleh sikap lainya. Sikap ini bukanlah karena ia melanggar batas atau karena kepala batunya, tetapi karena keunggulan dan kelebihan dirinya. Tabiat, bakat dan kemapuanya berhimpun menurut susunan yang langka di temui secara lengkap kecuali hanya padadiri Umar, hingga ia mmberikan pilihan lainya bagi pemiliknya kecuali keunggulan


Read More......

Sabtu, 10 Mei 2008

SURAT DARI IBU SEORANG SYAHID, UMM SAYYAD KEPADA KAUM




Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, kami memujiNya, kami meminta pertolonganNya, kami memohon ampunanNya, dan kami memohon perlindunganNya dari keburukan diri kami dan kejelekan amal-amal kami. Barangsiapa diberi petunjuk Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk.

Amma ba’du:
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda:Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjagarahim. Malaikat itu berkata :
“Wahai Rabbku! Ini nuthfah, Wahai Rabbku! Ini ‘alaqah (segumpal darah), wahai Rabbku! Ini mudghah (segumpal daging).” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (HR. Bukhari)



Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur. [Quran 3:145] Begitu kita lahir, saat itulah perjalanan kita menuju kubur dimulai. Kita mengucapkan keimanan kita pada Islam, kemudian amal-amal kitalah yang membuktikannya. Kita berjuang di dunia ini untuk dapat memasuki Surga, semoga Allah membalas kita dengannya, Ia telah menjanjikannya bagi mereka yang berperang di jalanNya dan mereka yang bersabar.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang
sabar?. [Quran 3:142]
Mereka Yang Dipilih Allah – Biografi dan Karomah Syuhada Jihad Bosnia
62

Karena kita pasti akan bertemu kematian, bagaimanapun caranya, lalu mengapa harus
melalui perang di jalan Allah?

Lihatlah Surat Al-Baqarah (2), Ayat 153-157 dan Surat Ali Imran(3), ayat 169-175.
Kita ingin kematian datang pada kita ketika kita sudah mempunyai amal baik dalam catatan kita, untuk menyelamatkan kita dari Neraka dan Siksa Kubur. Kita berpikir bahwa kematian akan datang pada saat kita siap dan kita masih mempunyai waktu – betapa jauhnya kita dari kebenaran? Kita tidak pernah berpikir bahwa kematian adalah rahmat Allah pada orang orang beriman yang rindu untuk bertemu denganNya. Kita tidak pernah berpikir bahwa sebagian orang meninggalkan dunia – dalam arti kata yang sebenarnya- meninggalkan dunia, berpisah dari dunia untuk memulai perjalanan abadi mereka dengan segala keindahan dan kebahagiaan mereka, yang kita idam-idamkan dengan segala usaha kita.

ALLAH SWT telah menyebut mereka dalam ayat-ayat tadi, Surat Al-Baqarah (2), Ayat 153-
157 dan Surat Ali Imran(3), ayat 169-175.
Abdullah bin Mas’ud (ra) mengatakan dari Rasulullah SAW, bahwa ruh para syuhada
hidup dalam tubuh burung-burung hijau yang makanannya adalah buah-buahan
surga.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda, Rasulullah bersabda: “Orang yang mati
syahid itu dapat memberikan syafaat kepada 70 orang di kalangan keluarganya.” (Abu
Dawud)
Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata, “Tidak ada seorang pun yang masuk surga yang ingin kembali ke dunia meskipun ia mempunyai semua yang ada di bumi, kecuali seorang mujahid yang ingin kembali ke dunia agar ia mati syahid sepuluh kali karena kemuliaan yang ia dapatkan (dari Allah).“
Masruq mengatakan bahwa ia bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud r.a. tentang ayat tersebut kepada Rasulullah saw. lalu ia menjawab, ‘Ruh-ruh mereka berada di dalam perut burung hijau yang mempunyai sangkar tergantung di ‘Arasy. Ia dapat terbang kesana kemari di surga sesukanya, kemudian kembali lagi ke sangkar, lalu Tuhan mereka menengok dan berkata, ‘Kalian menginginkan sesuatu?’ Mereka menjawab, ‘Apalagi yang kami inginkan, sedangkan kami dapat terbang kesana kemari di surga sesuka kami?’ Allah swt. mengulangi pertanyaan itu 3 kali. Ketika mereka sadar
bahwa mereka harus meminta, maka mereka berkata kepada Allah, ‘Wahai Tuhan kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh ke jasad kami, hingga kami dapat terbunuh lagi dijalan-Mu.’ Karena tidak ada lagi yang mereka butuhkan, maka mereka dibiarkan”. (H.R. Muslim)
Mereka Yang Dipilih Allah – Biografi dan Karomah Syuhada Jihad Bosnia
63
Ini semua adalah bukti dari Qur’an kita yang mulia dan perkataan Rasulullah SAW, inilah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan selain Jihad. Dengan sederhana kukatakan – anak-anak kita adalah intan permata kita yang telah diberikan Allah bagi kita. Mereka adalah nikmat yang tak ternilai bagi orang tuanya, dan kita adalah bank dimana Allah menyimpan intan permata – mereka adalah milik Allah dan Ia mempunyai hak untuk mengambilnya kapanpun Ia menginginkanannya. Renungkanlah itu saat kita membaca kata-kataNya dan yakini dengan hati dan jiwamu : Inna lillahi wa inna ilahi raajiun, kami adalah milik Allah, dan kepadaNya kami akan kembali. Teriring cinta bagi kaum muslimin dan orang-orang yang beriman pada Allah,
Ummu Syahid Sayyad Al-Falastini


Read More......

Jumat, 02 Mei 2008

Mengetahui Siapakah kita, Tugas dan Tujuan Kita Hidup di Dunia, Allah...Rabbuna


Mengetahui Siapakah kita, Tugas dan Tujuan Kita Hidup di Dunia, Allah...Rabbuna

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Awal kejadian manusia:

Dia Telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. (QS.16:4)

Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS.23:13)

Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?

-


tiga kegelapan
itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim. (QS.39:6)

Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), (QS.77:21)

Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.3:6)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.16:78)

- yang dimaksud dengan bersyukur di ayat Ini ialah menggunakan alat-alat tersebut untuk memperhatikan bukti-bukti kebesaran dan keesaan Tuhan, yang dapat membawa mereka beriman kepada Allah s.w.t. serta taat dan patuh kepada-Nya. kaum musyrikin memang tidak berbuat demikian.


Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS.32:9)

Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS.67:23)

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat. (QS.76:2)

- Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.

Tahukah kalian, berapa lama kita dikandung ibunda kita?? Sampai kita dilahirkan? Masihkah kita durhaka pada ibunda kita??

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS.46:15)

Sehingga memang benarlah jika Allah mewajibkan kita berbuat baik(birrul walidain) pada kedua orang tua kita, berkata ‘ah’ saja pada keduanya, kita tidak dibenarkan, apalagi sampai melebihi itu?? Sungguh itu perbuatan durhaka.

Lalu, masihkan kita tidak tahu siapakah kita ini sebenarnya??? Siapakah Tuhan kita?? Masihkah kita tidak tahu akan semua ini?? Dimana mata, hati dan pendengaranmu wahai manusia??

Baiklah kita lanjutkan kalau begitu,

Sungguh Dialah yang menciptakan kita dari tanah, sebagaimana dalam firmanNya:

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia. (QS.3:59)

Dialah Tuhan yang telah menciptakan kita dari tanah dan Dia pulalalah yang telah menetapkan ajal (kematian) kita hidup didunia ini, sebagaimana dalam firmanNya:

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (QS.6:2)

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS.15:28)

Oleh karena itu, sepatutnya kita tunduk dan patuh kepadaNya

Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS.15:29)

- dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.

Masihkah kita akan berpaling dariNya, Tuhan yang telah menciptakan kita??

Kawannya (yang mukmin) Berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (QS.18:37)

Yaa ayyuhal ikhwah, masihkah kita meragukan kekuasaanNya? Ingatlah akan hari berbangkit kelak, dimana kita dikumpulkan dipadang mahsyar, tanpa alas kaki, tanpa selembar kainpun yang menempel pada tubuh kita, matahari berada sejengkal diatas ubun-ubun kita, wajah-wajah penuh kebingungan pada waktu itu, tiada yang sempat memikirkan seorang pada yang lainnya, semuanya saling mencemaskan akan dirinya sendiri, lalu diberikanlah kitab amal kita, ada yang diberikan dari tangan kanan dan adapula yang dari tangan kiri, berbahagialah yang mendapatkannya dengan tangan kanan, dan sungguh celakalah orang yang mendapatkannya dari tangan kiri, tak terpikirkanlah kita akan semua itu???

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS.22:5)


Renungkanlah semua ini wahai saudaraku, kekuasaan Allah, yang telah menciptkan kita itu nyata, renungkanlah ayat ini:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (QS.30:20)


Tidakkah kita memahami semua ini? Memahami akan kuasaNya atas penciptaan kita??

subhanaKa...yaa Rabb.

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (QS.40:67)


Tidak ada yang pantas untuk kita sombongkan akan diri ini, kita hanyalah dari tanah, tak lebih seperti sebuah termbikar...lalu apa yang membuat kita menyombongkan diri wahai saudaraku...?


Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, (QS.55:14)

Sudah pahamkah siapa diri kita ini sebenarnya? Siapa yang telah menciptakan kita wahai saudara?

Kalau sudah paham, sekarang kita bahas untuk apa kita diciptakanNya? Apa tugas kita? Apa tujuan kita hidup didunia ini?


Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS.2:21)


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS.2:30)

Shibghah Allah. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

- Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.


Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya], Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS.11:61)

- Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.

Apakah kalian mengira disamping Allah ada Tuhan lain??? Siapakah yang memperkenankan doa kita saat kesulitan? Yang menghilangkan kesusahan kita? Adakah Tuhan yang lain selain Allaah?

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). (QS.27:62)

- yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.51:56)




Hendaklah kita melakukan shalat,

Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS..2:110)




Hendaklah kita menunaikan zakat, juga seperti dalam ayat diatas.

Hendaklah kita kerjakan puasa, sebagaimana dalam ayat berikut:

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS.33:35)

- yang dimaksud dengan muslim di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.




Dan jika mampu, tunaikanlah haji dan umrah,

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS.3:97)

- ialah: tempat nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.

- yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani dan perjalananpun aman.


Dan, kita wajib beriman pada Allah swt, dengan Tauhid Rububiyyah sebagaimana dalam firmanNya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS.2:21)


Dengan Tauhid Uluhiyyah, sebagaimana dalam firmanNya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS.2:21)


Dengan Tauhid Uluhiyyah, sebagaimana dalam firmanNya:

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

- Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

- Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.


Dan dengan Tauhid Asma wa Sifat, dengan mengakui keagungan Allah swt akan Asmaul Husna Nya, sebagaimana dalam firmanNya:

Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.. (QS.59:24)




Dan hendaklah kita beriman kepada Malaikat,

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS.2:177)




Dan hendaklah berimana pada Kitab-KitabNya,

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS.2:4)




- Kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.


- Yakin ialah kepercayaan yang Kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.


Dan hendaknya beriman pada Rasul-RasulNya,

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS.2:136)




Dan hendaknya beriman pada Hari Akhir,

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.2:46)


Serta hendaknya beriman pada Takdir Baik dan Buruk,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada Saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.." akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.3:156)




Kiranya sudah cukup bahasan kita mengenai apa tujuan kita diciptakanNya, apa tugas kita hidup didunia ini?

Sekarang siapakah Tuhan kita itu? Sudah kah kita mengenalNya dengan baik? Apa sifat-sifatNya? Apa nama-nama baikNya (Asmaul Husna).

Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (QS.112:1)

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS.112:2)

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (QS.112:3)

Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS.112:4)




Dialah Allah, Tuhan yang telah menciptakan ‘Arsy,

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS.7:54)

- bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.




Dialah Allah, yang hidup kekal, tidak pernah tidur,

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (QS.2:255)

- Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.


Dialah Allah, yang menciptakan gunung-gunung,

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS..13:3)

- yang dimaksud berpasang-pasangan, ialah jantan dan betina, pahit dan manis, putih dan hitam, besar kecil dan sebagainya.


Dialah Allah, pencipta lautan,

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS.16:14)




Dialah Allah, yang menciptakan hewan,

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS.2:164)




Dan Dialah Allah, yang menciptakan tumbuh-tumbuhan,

Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS.6:99)




Dialah Allah, yang menciptakan Matahari dan Bulan,

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS.7:54)

- bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.


Dialah Allah, yang menciptakan awan dan hujan,

Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu Telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu, Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah kami membangkitkan orang-orang yang Telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (QS.7:57)




Dialah Allah, yang menciptakan siang dan malam, sungguh terdapat tanda-tanda keEsaan dan Kebesaran Allah, jika kalian mau memikirkan,

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS.2:164)


Dan Dialah Allah, Rabbuna, yang telah menciptkan kita semua, tiada lain hanya agar kita mengabdi kepadaNya,

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.51:56)


Tak sepatutnya atas semua nikmat Allah yang telah diberi ini, kita lupa akan hakikat penciptaan kita, apalagi kita kufur kepadaNya, semoga kita semua termasuk dalam hambaNya yang pandai bersyukur, hamba yang takwa padaNya, hamba yang selalu dalam keridhaanNya. Allaahumma aaaamiin..


Jika ada salah kata itu dari diri Azzam sendiri, dan kebenaran itu datangnya dari Allah swt.

Tulisan ini menjadi bukti bahwa Azzam, sebagai hambaNya, telah menyampaikan apa yang tersurat dalam RisalahNya, mengajak kepada kebenaran, dan semoga ini menjadi amal jariyah penulis, semoga Allah menerima semua amal-amal kita serta mengampuni dosa-dosa kita semua.

Apa yang ada pada kita hari ini, haruslah kita syukuri, banyak diantara saudara kita yang lebih dibawah kita keadaannya, janganlah menjadi hamba yang tidak pandai bersyukur, sekecil apapun ,sebentuk apapun itu pemberianNya, syukurilah, dengan begitu semoga Allah akan menambah dengan pemberian yang jauh lebih baik lagi yaa ikhwah.


Satu hal, hidup didunia ini jangan pernah merasa aman dan selamat dari murka Allah, meski kita saat ini bersama-sama para ulama, lingkungan kita sangat mendukung keimanan kita, saudara-saudara kita shalih, kita sering mengaji, banyak sedekah, sering infaq, melakukan kenbaikan yang banyak, tapi siapa yang menjamin semua itu akan bisa menyelamatkan kita? Siapa yang menjamin amal-amal kita pada hari ini diterima semua olehNya? Janganlah lena akan keadaan hidup kita saat ini.

Semoga kita semua selamat dari hidup didunia ini, dan kelak dikembalikan disurgaNya. Allahumma aaamiin..


Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin

Jazakumullaah khairal jaza’


Wassalaamu’alaikum warahmaatullaahi wabarakaatuhu

Akhukum fillaah, Khairul Azzam



Read More......